Minggu, 06 Juli 2014

Game Online

Bulan sudah hampir menyelesaikan tugas malamnya, angin malam yang berhembus kembali menyebarkan sensasi dingin membuat para penjaga malam yang terlelap didalam sarungnya semakin menggigil, bis – bis yang dikirim oleh pabrik – pabrik milik investor asing yang memperkerjakan karyawannya bak sebuah mesin telah datang untuk mengembalikan mereka dan menjemput mereka yang mendapatkan jam kerja pagi yang buta.

Terlukis diwajah mereka yang baru kembali kelelahan yang amat sangat, seragam yang sudah bau tercampur keringat, oli dan asap, dan kantung mata hitam yang besar semakin membuat wajah para pekerja itu semakin terlihat tua diumur mereka yang memang sudah tidak bisa disebut masa kejayaannya. 8 jam penuh mereka berdiri didepan sebuah mesin mengerjakan apa yang sudah mereka lakukan bertahun – tahun, mendengarkan ocehan para atasan yang tidak ada hentinya mengingatkan mereka akan target – target pekerjaan yang harus dicapainya setiap hari dan menunggu sebuah harapan akan sebuah promosi jabatan yang akan sedikit merubah nasib kecil mereka. Yah 8 jam setiap harinya dengan hari libur yang bisa mereka nikmati di hari anak mereka sekolah hanya untuk mendapatkan bayaran setiap bulannya yang hanya sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah yang akan habis digunakan untuk keperluan makan dan membayar keperluan sekolah anak mereka selama sebulan kalaupun mereka ingin mendapatkan lebih maka mereka harus benar benar merelakan untuk menghabiskan malam untuk mendapatkan target pekerjaan mereka yang hanya bisa dicapai oleh Sangkuriang dalam dongeng yang hampir terlupakan.

Berbeda dengan para pekerja malam yang mengulangi kegiatan mereka yang melelahkan dan menjenuhkan di pabrik, para pemuda yang umur mereka mencapai masa ke jayaannya itu juga mengulangi kegiatan mereka yang lelah dan menjenuhkan itu di sebuah internet cafĂ© atau mungkin sering dikenal sebagai warnet. Satu malam lagi mereka telah mereka lewati disebuah ruangan yang sudah dipenuhi asap rokok yang tak terhitung sudah berapa batang yang telah mereka habiskan, sampah – sampah makanan berserakan disekeliling dimana – mana tanpa ada seorang pun yang peduli untuk membersihkan, hanya layar monitor yang menjadi perhatian mereka dan hanya kata – kata yang tak kalah kotor dari sampah yang keluar dari mulut mereka.

Satu malam lagi mereka habiskan untuk bermain game online, sebuah permainan yang hanya mereka mengerti, entah sudah berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk memuaskan hasrat mereka untuk bermain, entah sudah berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bermain, dan entah kapan mereka akan berhenti untuk bermain merekapun tidak bisa menjawabnya sendiri. Mereka hanya mengikuti naluri mereka untuk bermain seakan - akan mereka seperti kecanduan akan narkoba mereka merasa bosan dan tidak nyaman apabila mereka tidak bermain dan merasa senang apabila bermain, lebih tenang dari pada beribahadah, dan lebih serius dari pada belajar, merasa menjadi seseorang yang sangat hebat dalam permainan mereka, merasa menjadi seseorang yang dihargai dan dihormati apabila mereka bisa memenangkan permainan, dan merasa tidak kesepian dalam permainan. Namun itu semua hanyalah sebuah permainan, apa yang mereka dapatkan hanyalah sebuah kesemuan, sebuah kepalsuan, hanya sebuah kepuasan yang tidak nyata yang akan menutut mereka untuk memuaskan lagi hasrat mereka untuk bermain yang hanya akan berhenti ketika mereka sudah merasa bosan dan ketika mereka sudah bosan mereka baru sadar

“MATI KAU !!!” teriak seorang pemuda yang duduk didepan komputer yang teletak di ujung ruangan

“AH SIAL !! Kalah lagi !!” seru seorang pemuda yang duduk disebelahnya yang dilanjutkan dengan kata-kata kotor yang memaki kearah layar monitornya.

“Eh ? udah jam 4 pagi ? wah gawat !!” pemuda yang duduk dipojok ruangan mematikan komputernya dan beranjak untuk pergi.

“Mau kemana vin ?! Ayo maen lagi, gw masih belum menang lagi !!!” pemuda yang disampingnya semakin kesal dan kembali melemparkan kata-kata yang tak kalah kotor dengan sampah – sampah yang berserakan disekitar mejanya.

“Bapak gw udah pulang mo” tanpa meladeni temannya yang semakin mengularkan sumpah serapahnya dia berlari keluar dari warnet.

Ia berlari dengan cepat melewati pos penjaga malam yang masih terlelap dalam tidur dan bersembunyi didalam sarung. Keringatnya mengucur namun ia merasa kedinginan bukan karena angin yang kembali berhembus menyebarkan kedinginannya, melainkan ia membayangkan akan nasib yang akan diterimanya saat ia sampai dirumah nanti. Ia sudah berjanji untuk tidak bermain lagi namun ia tak bisa untuk menahan hasratnya untuk bermain dan ia sudah berencana untuk kembali sebelum ayahnya pulang namun ia tak bisa menahan hasratnya untuk bermain. Sangat sulit bagi pemuda itu untuk menahan hasratnya untuk bermain game online lagi karena segala hal yang ia lakukan tanpa game online akan terasa bosan dan rugi baginya, satu-satunya cara baginya untuk tidak bermain hanya ketika ia tidak memiliki uang.

Sesampai dirumah ia lihat sang ayah duduk didepan teras, tertidur dan masih mengenakan seragam kerjanya yang sudah bau tercampur keringat, oli dan asap. Denga perlahan mungkin ia membuka pintu halaman agar tidak membangunkan ayahnya yang terlelap dan mencoba menyusun keberanian dan kesabaran untuk membangunkan ayahnya dengan perlahan.

“Pak . . Bapak bangun. . jangan tidur di halaman pak nanti sakit.” Dengan nada yang pelan dan menyentuh ayahnya dia mencoba membangunkan.

            Sang ayah terbangun dan langsung bertanya “Kamu main ke warnet lagi ?”

            Sang anak dengan ragu dan kaku menjawab “Engga kok pak, Vino bukan habis dari warnet”

            “Lalu kamu dari mana jam segini baru pulang kalau bukan dari warnet ? dari pasar ?” sang ayah yang masih terlihat lelah mulai meninggikan nada bicaranya.

            “HaH-Habis ja-jalan-jalan, Vino gk bisa tidur pak semalem” sang anak semakin kaku dan ragu dengan jawabannya sendiri dan menguutuk dirinya sendiri dalam hati.

“Sudah gk usah ngomong yang engga-engga, kalo kamu habis dari warnet yah sudah bilang aja tapi inget kunci jangan dibawa pergi” sang ayah kembali menurunkan nada bicaranya yang mungkin karena lelah ia tak mau lagi menghabiskan tenaganya untuk hal yang mungkin akan membuatnya tambah lelah dan stress.

“iyah maaf pak Vino lupa waktu” dengan kaku dia membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan sang ayah masuk.

“Inget No kita cuma tinggal berdua. Cuma aku sama kamu, dan kamu juga sekarang sudah dewasa jadi bapak rasa kamu sudah tau tanggung jawab mu terhadap dirimu sendiri No”

            Sang ayah duduk bersandar pada tembok mencoba melepaskan lelah mencoba merangkai kata untuk ia katakan dan sang anak duduk didepannya, menunduk lemah dan dalam tak berani menatap mata sang ayah dengan berharap ia tidak akan dipukuli lagi.

            “Aku cuma gk mau kamu bernasib sial atau bahkan lebih sial lagi dari aku No, Ditinggal sendirian oleh istri untuk membesarkan anak yang bodohnya gk kira kira”

Wajahnya sang pemuda pucat mendengar bermacam – macam nasihat yang disertai kata – kata yang pedas dari sang ayah yang dilanjutkan sampai matahari benar benar terbit, memang ayahnya tidak memukulnya namun kata – kata yang dikatakan oleh ayahnya tidak kalah keras dari pukulan tangannya. Sang pemuda terduduk lemas dan termenung memikirkan apa yang dikatakan oleh ayahnya, memikirkan apa yang Ia lakukan selama ini dan mikirkan apa yang akan dilakukannya nanti. Dan pada akhirnya dia bermain game online lagi, Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Ia bagaikan seorang pecandu narkoba, dan ketika dia sadar ia telah melewati masa kejayaan dari umurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar