Awal
2014, alam di Indonesia bergejolak
Terjadi
bencana dimana – mana
Seakan
alam sedang marah dan bersedih
Apakah
yang sebenarnya terjadi ?
Seseorang telah melakukan perjalanan
untuk mencari tahu jawaban atas apa yang telah terjadi, Ia memulai dengan
menemui Gunung Sinambung yang sudah berbulan – bulan sakit dan memuntahkan isi
perutnya yang menyebabkan para penduduk yang tinggal di sekitar kehilangan
harta bendanya, mereka pun sudah mulai sampai kapan kah Gunung Sinambung akan
terus sakit .
Seseorang : “Hei Sinambung ada apa dengan mu,
mengapa kau tak berhenti – henti nya memuntahkan laharmu ?
Sinambung : “Mohon maaf aku sudah tua, jadi wajar
saja jika aku sering jatuh sakit.”
Seseorang : “Ya aku mengerti kau sudah sangat tua,
tetapi tidak seharusnya selama ini kau sakit, lihat disana, para manusia itu
juga kesusahan dan menderita karena kau sakit.”
Sinambung : “Biarkan saja mereka sakit, memangnya
mereka pikir hanya manusia saja yang bisa sakit, kami alam pun juga bisa
sakit.”
Seseorang : “Sebenarnya apa yang menyebabkan mu
sakit separah ini Sinambung ?”
Sinambung : “Lihat lah para manusia itu mereka hanya
memikirkan bagaimana cara memanfaatkan saudara dan teman – teman ku saja tetapi
tak pernah memikirkan bagaimana cara
untuk merawat kami dan kami sudah sangat tua dan lelah, kami tidak bisa
merawat dan mengurus diri kami sendiri karna kami tidak mempunyai kemampuan
untuk itu, satu – satunya hal yang bisa kami lakukan hanyalah memberi dan apa
yang kami berikan hanya bergantung dari apa yang manusia tanam.”
Seseorang : “ Apa maksud mu dengan bergantung dari
apa yang manusia tanam ?”
Sinambung : “ Jika manusia menanam harapan kami akan
memberikan impian, jika manusia menanamkan kasih sayang kami akan memberikan
cinta, jika manusia menanamkan penjagaan kami akan memberikan perlindungan,
jika manusia menanamkan kebencian dan keserakahan maka kami memberikan amarah.”
Seseorang : “Baiklah Sinambung, Aku mengerti dan
memahami maksud mu. Semoga kau cepat sembuh”
Sinambung : “ Ya tentu saja tetapi itu semua
tergantung oleh mereka.”
Setelah mengerti apa yang dikatakan oleh
sang Gunung Sinambung pun Ia pergi untuk menemui sang Awan yang berada di
Langit, yang kata nya sedang sangat bersedih. Awan tak henti henti nya menangis
baik siang atau pun malam dan membangunkan sang Petir yang pemarah, sang Matahari
dan Bulan yang tak tega melihat nya tetapi tak berani menampakkan diri
memanggil sang Angin untuk menenangkannya namun apa daya alih – alih awan
menjadi tenang, Ia malah semakin menjadi – jadi menangis sehingga banjir dimana
– mana.
Seseorang : “ Hei awan mengapa kau menangis terus
?”
Awan : “ Aku sedang sedih, sangat
sedih”
Seseorang : “ Apa yang membuat mu sedih hingga kau
tak berhenti – hentinya menangis awan ?”
Awan : “ Aku sedih karena para manusia
tak henti – hentinya melukai ku.”
Seseorang : “ Apa maksud mu Awan, ceritakanlah
padaku.”
Awan : “ Dulu aku punya teman yang bisa
menampung kesedihan ku,Danau , Hutan, Sungai dan Laut namun sekarang para Danau
sudah disulap menjadi Rumah dan Gedung para Hutan yang seharusnya membantuku juga
sekarang tidak ada karena habis untuk Industri dan lihat lah baju ku hampir
semua bolong dikarenakan asap asap yang terlalu banyak dan aku pun tidak kuat
menahan rasa panas Matahari dan itu membuatku sedih dan menangis, sedangkan
Sungai dan Laut yang seharusnya membantuku disaat seperti ini tidak kuat karena
telah menjadi kotor.”
Seseorang : “ Jadi begitu yah tetapi lihat lah
Awan, kesedihan mu telah membuat Matahari dan Bulan merasa bersalah dan tidak
mau menampakkan dirinya, juga membuat Petir marah dan bertengkar dengan Angin
dan mendatangkan Badai, Laut dan Sungai pun sudah kelelalahan untuk menampung
kesedihanmu, serta lihat lah di bawah sana, para manusia, mereka juga sedih
melihat mu menangis Awan.”
Awan : “Sedih ? biarlah mereka bersedih
agar mereka juga mengerti rasa kehilangan seperti ku agar mereka juga mengerti
kedinginan yang kurasakan karena kesendirian dan agar mereka mengerti kesedihan
yang kurasakan, karena kami alam juga mempunyai perasaan meskipun tak punya
hati, karena kami alam juga mempunyai kehidupan meskipun tak mempunyai
kedudukan. Sebenarnya Aku tidak berkeberatan jika manusia menggunakan teman –
teman ku asalkan mereka mau mengembalikan dan merawat mereka namun bertahun aku
menunggu teman – teman ku semakin menderita.”
Seseorang : “ Ya aku mengerti Awan tapi lihat lah
para manusia mereka sudah sangat menderita, Aku pikir mereka telah merasakan
kesedihan mu dan kurasa tak lama lagi mereka akan memperbaiki kesalahan
mereka.”
Awan : “ Ya ku harap mereka bisa
mendengar dan merasakan kesedihanku dan memperbaiki diri mereka.”
Seseorang : “ Tersenyumlah Awan agar Angin menjadi
sejuk, agar Petir tertidur, agar Matahari menjadi hangat, agar Bulan menjadi
terang , agar Hutan menjadi senang, agar Laut dan Sungai menjadi tenang.”
Awan : “ Aku mengerti tapi izinkan lah
sejenak aku berbagi kesedihan ini kepada mereka, manusia.”
Setelah berhasil menghibur Awan, Ia pun
kembali tempatnya, sebuah tempat yang sangat indah namun tak terjangkau oleh
siapapun dan apapun, sebuah tempat yang di khususkan oleh manusia yang beriman
pada suatu hari nanti, sebuah tempat yang menjadi tujuan dan impian seluruh
dunia, sebuah tempat yang menjadi awal dan akhir, untuk menemui-NYA, Sang
Pencipta, ALLAH SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar