Minggu, 06 Juli 2014

ALAM

Awal 2014, alam di Indonesia bergejolak

Terjadi bencana dimana – mana

Seakan alam sedang marah dan bersedih

Apakah yang sebenarnya terjadi ?

Seseorang telah melakukan perjalanan untuk mencari tahu jawaban atas apa yang telah terjadi, Ia memulai dengan menemui Gunung Sinambung yang sudah berbulan – bulan sakit dan memuntahkan isi perutnya yang menyebabkan para penduduk yang tinggal di sekitar kehilangan harta bendanya, mereka pun sudah mulai sampai kapan kah Gunung Sinambung akan terus sakit .

Seseorang        : “Hei Sinambung ada apa dengan mu, mengapa kau tak berhenti – henti nya memuntahkan laharmu ?

Sinambung      : “Mohon maaf aku sudah tua, jadi wajar saja jika aku sering jatuh sakit.”

Seseorang        : “Ya aku mengerti kau sudah sangat tua, tetapi tidak seharusnya selama ini kau sakit, lihat disana, para manusia itu juga kesusahan dan menderita karena kau sakit.”

Sinambung      : “Biarkan saja mereka sakit, memangnya mereka pikir hanya manusia saja yang bisa sakit, kami alam pun juga bisa sakit.”

Seseorang        : “Sebenarnya apa yang menyebabkan mu sakit separah ini Sinambung ?”

Sinambung      : “Lihat lah para manusia itu mereka hanya memikirkan bagaimana cara memanfaatkan saudara dan teman – teman ku saja tetapi tak pernah memikirkan bagaimana cara  untuk merawat kami dan kami sudah sangat tua dan lelah, kami tidak bisa merawat dan mengurus diri kami sendiri karna kami tidak mempunyai kemampuan untuk itu, satu – satunya hal yang bisa kami lakukan hanyalah memberi dan apa yang kami berikan hanya bergantung dari apa yang manusia tanam.”

Seseorang        : “ Apa maksud mu dengan bergantung dari apa yang manusia tanam ?”

Sinambung      : “ Jika manusia menanam harapan kami akan memberikan impian, jika manusia menanamkan kasih sayang kami akan memberikan cinta, jika manusia menanamkan penjagaan kami akan memberikan perlindungan, jika manusia menanamkan kebencian dan keserakahan maka kami memberikan amarah.”

Seseorang        : “Baiklah Sinambung, Aku mengerti dan memahami maksud mu. Semoga kau cepat sembuh”

Sinambung      : “ Ya tentu saja tetapi itu semua tergantung oleh mereka.”

Setelah mengerti apa yang dikatakan oleh sang Gunung Sinambung pun Ia pergi untuk menemui sang Awan yang berada di Langit, yang kata nya sedang sangat bersedih. Awan tak henti henti nya menangis baik siang atau pun malam dan membangunkan sang Petir yang pemarah, sang Matahari dan Bulan yang tak tega melihat nya tetapi tak berani menampakkan diri memanggil sang Angin untuk menenangkannya namun apa daya alih – alih awan menjadi tenang, Ia malah semakin menjadi – jadi menangis sehingga banjir dimana – mana.

Seseorang        : “ Hei awan mengapa kau menangis terus ?”

Awan              : “ Aku sedang sedih, sangat sedih”

Seseorang        : “ Apa yang membuat mu sedih hingga kau tak berhenti – hentinya menangis awan ?”

Awan              : “ Aku sedih karena para manusia tak henti – hentinya melukai ku.”

Seseorang        : “ Apa maksud mu Awan, ceritakanlah padaku.”

Awan              : “ Dulu aku punya teman yang bisa menampung kesedihan ku,Danau , Hutan, Sungai dan Laut namun sekarang para Danau sudah disulap menjadi Rumah dan Gedung para Hutan yang seharusnya membantuku juga sekarang tidak ada karena habis untuk Industri dan lihat lah baju ku hampir semua bolong dikarenakan asap asap yang terlalu banyak dan aku pun tidak kuat menahan rasa panas Matahari dan itu membuatku sedih dan menangis, sedangkan Sungai dan Laut yang seharusnya membantuku disaat seperti ini tidak kuat karena telah menjadi kotor.”

Seseorang        : “ Jadi begitu yah tetapi lihat lah Awan, kesedihan mu telah membuat Matahari dan Bulan merasa bersalah dan tidak mau menampakkan dirinya, juga membuat Petir marah dan bertengkar dengan Angin dan mendatangkan Badai, Laut dan Sungai pun sudah kelelalahan untuk menampung kesedihanmu, serta lihat lah di bawah sana, para manusia, mereka juga sedih melihat mu menangis Awan.”

Awan              : “Sedih ? biarlah mereka bersedih agar mereka juga mengerti rasa kehilangan seperti ku agar mereka juga mengerti kedinginan yang kurasakan karena kesendirian dan agar mereka mengerti kesedihan yang kurasakan, karena kami alam juga mempunyai perasaan meskipun tak punya hati, karena kami alam juga mempunyai kehidupan meskipun tak mempunyai kedudukan. Sebenarnya Aku tidak berkeberatan jika manusia menggunakan teman – teman ku asalkan mereka mau mengembalikan dan merawat mereka namun bertahun aku menunggu teman – teman ku semakin menderita.”

Seseorang        : “ Ya aku mengerti Awan tapi lihat lah para manusia mereka sudah sangat menderita, Aku pikir mereka telah merasakan kesedihan mu dan kurasa tak lama lagi mereka akan memperbaiki kesalahan mereka.”

Awan              : “ Ya ku harap mereka bisa mendengar dan merasakan kesedihanku dan memperbaiki diri mereka.”

Seseorang        : “ Tersenyumlah Awan agar Angin menjadi sejuk, agar Petir tertidur, agar Matahari menjadi hangat, agar Bulan menjadi terang , agar Hutan menjadi senang, agar Laut dan Sungai menjadi tenang.”

Awan              : “ Aku mengerti tapi izinkan lah sejenak aku berbagi kesedihan ini kepada mereka, manusia.”


Setelah berhasil menghibur Awan, Ia pun kembali tempatnya, sebuah tempat yang sangat indah namun tak terjangkau oleh siapapun dan apapun, sebuah tempat yang di khususkan oleh manusia yang beriman pada suatu hari nanti, sebuah tempat yang menjadi tujuan dan impian seluruh dunia, sebuah tempat yang menjadi awal dan akhir, untuk menemui-NYA, Sang Pencipta, ALLAH SWT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar