Minggu, 06 Juli 2014

Beristirahatlah

Duhai engkau para ksatria
wahai engkau para pengelana
ingatkah engkau dengan pelukan ibu mu ?
sangat hangat bukan ?

Duhai engkau para ksatria
wahai engkau para pengelana ingatkah
pada belaian ibu mu ?
sangat lembut bukan ?

Duhai engkau para ksatria
wahai engkau para pengelana
ingakatkah engkau pada tatapan ibu mu ?
sangat indah bukan ?

Duhai engkau para ksatria
wahai engkau para pengelana
ingatkah engkau malam tanpa ibu mu ?
lebih menyeramkan bukan ?
Mungkin engkau lupa ?
atau mungkin kau tak ingat
karna kau tlah tumbuh besar sekarang
karna kau tlah dewasa sekarang
dan ibu mu tlah menjadi tua

Tapi ingatlah para ksatria
ingatlah wahai para pengelana
setiap detik yang kau lalui adalah hasil lantunan
doa ibu mu pada malam hari

Setiap udara yang kau hirup
adalah hasil air mata ibu mu
dan setiap senyum dalam wajah mu
adalah karunia terindah yang dia rasakan

Duhai engkau ksatria istirahatlah sejenak
Wahai engkau pengelana pulanglah sejenak
duduk dan temani lah ibu mu sebentar

Game Online

Bulan sudah hampir menyelesaikan tugas malamnya, angin malam yang berhembus kembali menyebarkan sensasi dingin membuat para penjaga malam yang terlelap didalam sarungnya semakin menggigil, bis – bis yang dikirim oleh pabrik – pabrik milik investor asing yang memperkerjakan karyawannya bak sebuah mesin telah datang untuk mengembalikan mereka dan menjemput mereka yang mendapatkan jam kerja pagi yang buta.

Terlukis diwajah mereka yang baru kembali kelelahan yang amat sangat, seragam yang sudah bau tercampur keringat, oli dan asap, dan kantung mata hitam yang besar semakin membuat wajah para pekerja itu semakin terlihat tua diumur mereka yang memang sudah tidak bisa disebut masa kejayaannya. 8 jam penuh mereka berdiri didepan sebuah mesin mengerjakan apa yang sudah mereka lakukan bertahun – tahun, mendengarkan ocehan para atasan yang tidak ada hentinya mengingatkan mereka akan target – target pekerjaan yang harus dicapainya setiap hari dan menunggu sebuah harapan akan sebuah promosi jabatan yang akan sedikit merubah nasib kecil mereka. Yah 8 jam setiap harinya dengan hari libur yang bisa mereka nikmati di hari anak mereka sekolah hanya untuk mendapatkan bayaran setiap bulannya yang hanya sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah yang akan habis digunakan untuk keperluan makan dan membayar keperluan sekolah anak mereka selama sebulan kalaupun mereka ingin mendapatkan lebih maka mereka harus benar benar merelakan untuk menghabiskan malam untuk mendapatkan target pekerjaan mereka yang hanya bisa dicapai oleh Sangkuriang dalam dongeng yang hampir terlupakan.

Berbeda dengan para pekerja malam yang mengulangi kegiatan mereka yang melelahkan dan menjenuhkan di pabrik, para pemuda yang umur mereka mencapai masa ke jayaannya itu juga mengulangi kegiatan mereka yang lelah dan menjenuhkan itu di sebuah internet cafĂ© atau mungkin sering dikenal sebagai warnet. Satu malam lagi mereka telah mereka lewati disebuah ruangan yang sudah dipenuhi asap rokok yang tak terhitung sudah berapa batang yang telah mereka habiskan, sampah – sampah makanan berserakan disekeliling dimana – mana tanpa ada seorang pun yang peduli untuk membersihkan, hanya layar monitor yang menjadi perhatian mereka dan hanya kata – kata yang tak kalah kotor dari sampah yang keluar dari mulut mereka.

Satu malam lagi mereka habiskan untuk bermain game online, sebuah permainan yang hanya mereka mengerti, entah sudah berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk memuaskan hasrat mereka untuk bermain, entah sudah berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bermain, dan entah kapan mereka akan berhenti untuk bermain merekapun tidak bisa menjawabnya sendiri. Mereka hanya mengikuti naluri mereka untuk bermain seakan - akan mereka seperti kecanduan akan narkoba mereka merasa bosan dan tidak nyaman apabila mereka tidak bermain dan merasa senang apabila bermain, lebih tenang dari pada beribahadah, dan lebih serius dari pada belajar, merasa menjadi seseorang yang sangat hebat dalam permainan mereka, merasa menjadi seseorang yang dihargai dan dihormati apabila mereka bisa memenangkan permainan, dan merasa tidak kesepian dalam permainan. Namun itu semua hanyalah sebuah permainan, apa yang mereka dapatkan hanyalah sebuah kesemuan, sebuah kepalsuan, hanya sebuah kepuasan yang tidak nyata yang akan menutut mereka untuk memuaskan lagi hasrat mereka untuk bermain yang hanya akan berhenti ketika mereka sudah merasa bosan dan ketika mereka sudah bosan mereka baru sadar

“MATI KAU !!!” teriak seorang pemuda yang duduk didepan komputer yang teletak di ujung ruangan

“AH SIAL !! Kalah lagi !!” seru seorang pemuda yang duduk disebelahnya yang dilanjutkan dengan kata-kata kotor yang memaki kearah layar monitornya.

“Eh ? udah jam 4 pagi ? wah gawat !!” pemuda yang duduk dipojok ruangan mematikan komputernya dan beranjak untuk pergi.

“Mau kemana vin ?! Ayo maen lagi, gw masih belum menang lagi !!!” pemuda yang disampingnya semakin kesal dan kembali melemparkan kata-kata yang tak kalah kotor dengan sampah – sampah yang berserakan disekitar mejanya.

“Bapak gw udah pulang mo” tanpa meladeni temannya yang semakin mengularkan sumpah serapahnya dia berlari keluar dari warnet.

Ia berlari dengan cepat melewati pos penjaga malam yang masih terlelap dalam tidur dan bersembunyi didalam sarung. Keringatnya mengucur namun ia merasa kedinginan bukan karena angin yang kembali berhembus menyebarkan kedinginannya, melainkan ia membayangkan akan nasib yang akan diterimanya saat ia sampai dirumah nanti. Ia sudah berjanji untuk tidak bermain lagi namun ia tak bisa untuk menahan hasratnya untuk bermain dan ia sudah berencana untuk kembali sebelum ayahnya pulang namun ia tak bisa menahan hasratnya untuk bermain. Sangat sulit bagi pemuda itu untuk menahan hasratnya untuk bermain game online lagi karena segala hal yang ia lakukan tanpa game online akan terasa bosan dan rugi baginya, satu-satunya cara baginya untuk tidak bermain hanya ketika ia tidak memiliki uang.

Sesampai dirumah ia lihat sang ayah duduk didepan teras, tertidur dan masih mengenakan seragam kerjanya yang sudah bau tercampur keringat, oli dan asap. Denga perlahan mungkin ia membuka pintu halaman agar tidak membangunkan ayahnya yang terlelap dan mencoba menyusun keberanian dan kesabaran untuk membangunkan ayahnya dengan perlahan.

“Pak . . Bapak bangun. . jangan tidur di halaman pak nanti sakit.” Dengan nada yang pelan dan menyentuh ayahnya dia mencoba membangunkan.

            Sang ayah terbangun dan langsung bertanya “Kamu main ke warnet lagi ?”

            Sang anak dengan ragu dan kaku menjawab “Engga kok pak, Vino bukan habis dari warnet”

            “Lalu kamu dari mana jam segini baru pulang kalau bukan dari warnet ? dari pasar ?” sang ayah yang masih terlihat lelah mulai meninggikan nada bicaranya.

            “HaH-Habis ja-jalan-jalan, Vino gk bisa tidur pak semalem” sang anak semakin kaku dan ragu dengan jawabannya sendiri dan menguutuk dirinya sendiri dalam hati.

“Sudah gk usah ngomong yang engga-engga, kalo kamu habis dari warnet yah sudah bilang aja tapi inget kunci jangan dibawa pergi” sang ayah kembali menurunkan nada bicaranya yang mungkin karena lelah ia tak mau lagi menghabiskan tenaganya untuk hal yang mungkin akan membuatnya tambah lelah dan stress.

“iyah maaf pak Vino lupa waktu” dengan kaku dia membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan sang ayah masuk.

“Inget No kita cuma tinggal berdua. Cuma aku sama kamu, dan kamu juga sekarang sudah dewasa jadi bapak rasa kamu sudah tau tanggung jawab mu terhadap dirimu sendiri No”

            Sang ayah duduk bersandar pada tembok mencoba melepaskan lelah mencoba merangkai kata untuk ia katakan dan sang anak duduk didepannya, menunduk lemah dan dalam tak berani menatap mata sang ayah dengan berharap ia tidak akan dipukuli lagi.

            “Aku cuma gk mau kamu bernasib sial atau bahkan lebih sial lagi dari aku No, Ditinggal sendirian oleh istri untuk membesarkan anak yang bodohnya gk kira kira”

Wajahnya sang pemuda pucat mendengar bermacam – macam nasihat yang disertai kata – kata yang pedas dari sang ayah yang dilanjutkan sampai matahari benar benar terbit, memang ayahnya tidak memukulnya namun kata – kata yang dikatakan oleh ayahnya tidak kalah keras dari pukulan tangannya. Sang pemuda terduduk lemas dan termenung memikirkan apa yang dikatakan oleh ayahnya, memikirkan apa yang Ia lakukan selama ini dan mikirkan apa yang akan dilakukannya nanti. Dan pada akhirnya dia bermain game online lagi, Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Ia bagaikan seorang pecandu narkoba, dan ketika dia sadar ia telah melewati masa kejayaan dari umurnya.

ALAM

Awal 2014, alam di Indonesia bergejolak

Terjadi bencana dimana – mana

Seakan alam sedang marah dan bersedih

Apakah yang sebenarnya terjadi ?

Seseorang telah melakukan perjalanan untuk mencari tahu jawaban atas apa yang telah terjadi, Ia memulai dengan menemui Gunung Sinambung yang sudah berbulan – bulan sakit dan memuntahkan isi perutnya yang menyebabkan para penduduk yang tinggal di sekitar kehilangan harta bendanya, mereka pun sudah mulai sampai kapan kah Gunung Sinambung akan terus sakit .

Seseorang        : “Hei Sinambung ada apa dengan mu, mengapa kau tak berhenti – henti nya memuntahkan laharmu ?

Sinambung      : “Mohon maaf aku sudah tua, jadi wajar saja jika aku sering jatuh sakit.”

Seseorang        : “Ya aku mengerti kau sudah sangat tua, tetapi tidak seharusnya selama ini kau sakit, lihat disana, para manusia itu juga kesusahan dan menderita karena kau sakit.”

Sinambung      : “Biarkan saja mereka sakit, memangnya mereka pikir hanya manusia saja yang bisa sakit, kami alam pun juga bisa sakit.”

Seseorang        : “Sebenarnya apa yang menyebabkan mu sakit separah ini Sinambung ?”

Sinambung      : “Lihat lah para manusia itu mereka hanya memikirkan bagaimana cara memanfaatkan saudara dan teman – teman ku saja tetapi tak pernah memikirkan bagaimana cara  untuk merawat kami dan kami sudah sangat tua dan lelah, kami tidak bisa merawat dan mengurus diri kami sendiri karna kami tidak mempunyai kemampuan untuk itu, satu – satunya hal yang bisa kami lakukan hanyalah memberi dan apa yang kami berikan hanya bergantung dari apa yang manusia tanam.”

Seseorang        : “ Apa maksud mu dengan bergantung dari apa yang manusia tanam ?”

Sinambung      : “ Jika manusia menanam harapan kami akan memberikan impian, jika manusia menanamkan kasih sayang kami akan memberikan cinta, jika manusia menanamkan penjagaan kami akan memberikan perlindungan, jika manusia menanamkan kebencian dan keserakahan maka kami memberikan amarah.”

Seseorang        : “Baiklah Sinambung, Aku mengerti dan memahami maksud mu. Semoga kau cepat sembuh”

Sinambung      : “ Ya tentu saja tetapi itu semua tergantung oleh mereka.”

Setelah mengerti apa yang dikatakan oleh sang Gunung Sinambung pun Ia pergi untuk menemui sang Awan yang berada di Langit, yang kata nya sedang sangat bersedih. Awan tak henti henti nya menangis baik siang atau pun malam dan membangunkan sang Petir yang pemarah, sang Matahari dan Bulan yang tak tega melihat nya tetapi tak berani menampakkan diri memanggil sang Angin untuk menenangkannya namun apa daya alih – alih awan menjadi tenang, Ia malah semakin menjadi – jadi menangis sehingga banjir dimana – mana.

Seseorang        : “ Hei awan mengapa kau menangis terus ?”

Awan              : “ Aku sedang sedih, sangat sedih”

Seseorang        : “ Apa yang membuat mu sedih hingga kau tak berhenti – hentinya menangis awan ?”

Awan              : “ Aku sedih karena para manusia tak henti – hentinya melukai ku.”

Seseorang        : “ Apa maksud mu Awan, ceritakanlah padaku.”

Awan              : “ Dulu aku punya teman yang bisa menampung kesedihan ku,Danau , Hutan, Sungai dan Laut namun sekarang para Danau sudah disulap menjadi Rumah dan Gedung para Hutan yang seharusnya membantuku juga sekarang tidak ada karena habis untuk Industri dan lihat lah baju ku hampir semua bolong dikarenakan asap asap yang terlalu banyak dan aku pun tidak kuat menahan rasa panas Matahari dan itu membuatku sedih dan menangis, sedangkan Sungai dan Laut yang seharusnya membantuku disaat seperti ini tidak kuat karena telah menjadi kotor.”

Seseorang        : “ Jadi begitu yah tetapi lihat lah Awan, kesedihan mu telah membuat Matahari dan Bulan merasa bersalah dan tidak mau menampakkan dirinya, juga membuat Petir marah dan bertengkar dengan Angin dan mendatangkan Badai, Laut dan Sungai pun sudah kelelalahan untuk menampung kesedihanmu, serta lihat lah di bawah sana, para manusia, mereka juga sedih melihat mu menangis Awan.”

Awan              : “Sedih ? biarlah mereka bersedih agar mereka juga mengerti rasa kehilangan seperti ku agar mereka juga mengerti kedinginan yang kurasakan karena kesendirian dan agar mereka mengerti kesedihan yang kurasakan, karena kami alam juga mempunyai perasaan meskipun tak punya hati, karena kami alam juga mempunyai kehidupan meskipun tak mempunyai kedudukan. Sebenarnya Aku tidak berkeberatan jika manusia menggunakan teman – teman ku asalkan mereka mau mengembalikan dan merawat mereka namun bertahun aku menunggu teman – teman ku semakin menderita.”

Seseorang        : “ Ya aku mengerti Awan tapi lihat lah para manusia mereka sudah sangat menderita, Aku pikir mereka telah merasakan kesedihan mu dan kurasa tak lama lagi mereka akan memperbaiki kesalahan mereka.”

Awan              : “ Ya ku harap mereka bisa mendengar dan merasakan kesedihanku dan memperbaiki diri mereka.”

Seseorang        : “ Tersenyumlah Awan agar Angin menjadi sejuk, agar Petir tertidur, agar Matahari menjadi hangat, agar Bulan menjadi terang , agar Hutan menjadi senang, agar Laut dan Sungai menjadi tenang.”

Awan              : “ Aku mengerti tapi izinkan lah sejenak aku berbagi kesedihan ini kepada mereka, manusia.”


Setelah berhasil menghibur Awan, Ia pun kembali tempatnya, sebuah tempat yang sangat indah namun tak terjangkau oleh siapapun dan apapun, sebuah tempat yang di khususkan oleh manusia yang beriman pada suatu hari nanti, sebuah tempat yang menjadi tujuan dan impian seluruh dunia, sebuah tempat yang menjadi awal dan akhir, untuk menemui-NYA, Sang Pencipta, ALLAH SWT

Jendela Tanpa Darah

Dari balik sebuah jendela, seorang lelaki nampak murung dan terluka. Matanya tertuju pada kamar di seberang dengan lampu yang belum redup. Sudah jam tiga pagi dan sang pemilik kamar masih sibuk dengan urusannya. Gorden kuning keemasan yang tersibak, mempertontonkan bayangan adegan liar seorang perempuan dan tamunya yang tak kunjung pulang. Ia menghisap rokoknya, membayangkan senyuman perempuan yang kerap menemaninya di hari yang sepi. Tetapi dini hari ini ia tak menginjak karpet merah di kamar perempuan itu. Matanya fokus memperhatikan kamar seberang, membiarkan angin malam menamparnya dengan mesra.
Asap rokok berhamburan ke segala arah, menyelimuti jendela yang menaungi endapan emosi dalam kepalanya. Di depannya, tiga bungkus rokok telah dihabiskan dengan rakus. Mengingat dia telah termenung di balik jendela itu sejak malam hari, matanya belum letih mengamati keremangan di kamar seberang dan mulutnya masih khusyuk menghisap rokok. Sebatang demi sebatang, abu rokok pun berserakan. Barangkali dia juga sedang menunggu sesuatu yang berarti, atau hanya sekadar menenangkan diri. Sebab, tak ada yang memperhatikannya semalaman, orang-orang lalu lalang dan menghilang di kegelapan. Semuanya menggendong kepalsuan diri. Dikejar-kejar gengsi dan selalu merasa benar sendiri.
Angin menyusup lembut, menggerakkan anak-anak rambutnya yang berjambul. Udara dingin tak terperi, musim hujan memang selalu meninggalkan gigil dan malas. Dihisapnya batang rokok yang terakhir sembari tetap mengamati kamar di seberang. Matanya sayu, tubuhnya ringkih, dan tenggorokannya kering kerontang. Ada kepedihan yang disembunyikan, entah tentang kehidupan atau hanya sebuah keinginan yang tak kunjung terwujud. Dini hari ini ia kembali mengingat apa yang dilihatnya semalam, atau lebih tepatnya beberapa tahun belakangan, keningnya akan kembali mengkerut dan lidahnya kelu. Setiap kali mengingat betapa kerasnya sebuah perjuangan dan kepedihan yang berlarut-larut. Tentang hidup, tentang semangat aneh yang tak kunjung redup.
Dia telah melewati harinya dengan penuh keterpaksaan, tanpa menggunakan hatinya. Setiap kali berada di balik jendela itu, dia selalu merasa sangat rapuh. Menjadi manusia yang paling menderita, atau bahkan menganggap dirinya sendiri bukan manusia. Dalam kepalanya, terselip kembali kejadian-kejadian semalam. Ketika langkah-langkah kaki manusia mulai melemah karena keegoisan, senyuman-senyuman palsu kembali muncul di antara kepala-kepala manusia yang nampak kosong tak berisi. Di dadanya, ada semacam rasa sesak tak terhingga yang menghancurkan seluruh tulang rusuknya. Jika dirontgen, kau akan menemukan tulang rusuknya sudah remuk tak berbentuk.
Di samping kanannya, sebuah apartemen belum selesai dibangun. Tiap pagi, tukang bangunan selalu berperang dengan sinar matahari, menimbulkan bunyi yang memekikkan telinga. Sudah Sembilan bulan, namun apartemen tersebut tak kunjung selesai. Ada yang bilang dana pembangunannya dikorupsi, sebagian lagi berpendapat bahwa sang penanam modal telah bangkrut sebab terlalu sering menikah dengan janda seksi. Tetapi di matanya, apartemen itu seperti anak kecil yang sedang disuapi tetapi tidak pernah merasa kenyang.
Di bawah sana, seorang ibu dan kedua anaknya yang masih kecil sibuk memunguti sisa makanan orang China. Bau daging babi yang dipanggang dengan berbagai macam bumbu aneh, dijadikan menu khusus atau bahkan utama di restoran-restoran China terkemuka. Anak-anak itu membawa karung di kedua tangannya. Sayup-sayup terdengar percakapan di antara mereka.  
“Aku lapar, Bu!” Seru anak yang paling kecil, sambil memegangi perutnya.
“Di tempat sampah hanya ada daging babi sisa, Nak. Kita tidak boleh makan makanan yang diharamkan agama kita!” Ibunya sedikit membentak, mempercepat langkahnya.
Keningnya mengkerut. Di tempat ia bekerja, jika ada daging babi tersisa, maka ia dan teman-temannya akan segera melahap dengan cepat. Tidak peduli haram atau halal, yang penting perut bisa kenyang. Namun percakapan yang ia dengar tadi laksana sebuah peluru besar yang ditembakkan ke perutnya. Perutnya hancur dan seluruh isinya berhamburan kemana-mana, ke segala arah. Betapa memalukan perilakunya saat itu, memakan daging yang seharusnya tak ia makan, dan lebih memilih menghamburkan uangnya untuk berjudi daripada membeli makanan yang lebih layak. Ia kini merasa pusig dan mual. Segala kekacauan di sekelilingnya selalu mempengaruhi apa yang ia pikirkan dan rasakan. Biasanya, ia akan menemui perempuan itu di kamar seberang jalan. Mengobrol tentang hidup dan berakhir dengan seprai yang berantakan.
Akhir-akhir ini rupanya banyak sekali tamu yang datang tiap malam. Perempuan itu tentu tak bisa menemuinya, meski hanya sekadar untuk berbagi kata. Kini hasratnya tak menentu, emosinya tiba di ujung yang paling riskan. Ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Merasakan rindu yang tak terbalaskan, matanya menunjukkan kesedihan luar biasa. Bibirnya kelu dan tubuhnya seperti tidak dialiri darah. Kamar di seberang masih remang ketika ia menyalakan rokok untuk kesekian kalinya. Slide-slide kenangan merambat di otaknya, menayangkan adegan yang hampir ia lupakan. Sebuah pertemuan singkat dengan seorang perempuan bermata coklat, di bawah jendela yang selalu ia singgahi tiap kali rindu pada kampung halamannya. Tetapi, tidak ada bangunan tinggi di kampungnya, dan tidak ada keremangan seperti yang ia lihat saat ini.
Sebatang rokok kembali habis, seolah membakar perasaannya. Keningnya tak lagi mengkerut, tetapi hatinya kini benar-benar sudah kusut. Perempuan itu tempat yang paling nyaman untuknya bersandar. Sebuah kesegaran di tengah kehampaan yang semakin dipupuk dalam jiwanya. Tiap kali menyalakan rokok baru, ia akan kembali mengingat serpihan-serpihan cerita yang pernah ia lalui dahulu. Senja perlahan memerah, pagi yang selalu membuat jengkel, siang yang membosankan, dan sore yang selalu seperti biasanya. Malam yang selalu membuat gigil dan dini hari yang memanas.
Jendela itulah teman sejatinya, tempatnya memikirkan berbagai macam persoalan yang selalu membuat kepalanya berat, hampir meledak. Sebagai karyawan teladan di kantornya, ia akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para konsumen. Ia adalah koki profesional yang mempunyai prinsip kuat: tidak akan pernah membuat makanan yang tidak enak. Seorang koki handal harus membuat konsumen menghabiskan makanannya. Dari pagi hingga sore hari, ia berada di dapur restoran tempatnya bekerja. Malam hari, ia akan tertidur dan biasanya seperti saat inisetiap dini hari, ia akan melihat keremangan di balik gorden kamar di seberang jalan.
Sang penghuni kamar, perempuan cantik yang membekukan hatinya, tak pernah sedetik pun lepas dari ingatannya. Tentang pertemuan pertama, tentang parfum di seprainya, dan hal-hal kecil lain yang menempel di sisa-sisa ingatannya yang sudah mulai memudar. Senyuman perempuan itu, tidak pernah bisa dilupakan. Selalu teringat dan terimpan rapih dalam sebuah kotak di memori otaknya yang sudah lama tak digunakan untuk berpikir bahwa hidup yang sedang ia jalani sekarang adalah pengabdian yang sia-sia.
Tetapi, meski rokok miliknya telah habis, lampu kamar itu tak jua menyala. Kemudian, dilihatnya bulan sudah mulai memudar dan di ujung timur, sinar keemasan mengintip dengan gagah. Lalu matanya tiba-tiba memerah dan tubuhnya merapuh, runtuh. Sejurus ia melihat ke bawah, para pemulung dan manusia gerobak tengah menikmati tidur panjangnya yang sepertinya, sama sekali tidak nyaman. Apartemen masih berdiri kokoh, meski diragukan kesempurnaanya, dan yang ada di kepalanya hanyalah keremangan di kamar seberang. Beberapa taksi lewat dengan santai dan dedaunan gugur dari pohon-pohon yang ditanam di seberang jalan.
Rokok sudah habis dan rasa dalam dadanya kian membuncah, merasuk hingga ke empedu. Lelaki itu selalu duduk di jendela tiap dini hari, mencaci tiap tamu yang datang di kamar seberang. Selalu berpikir tentang kekacauan hidupnya tanpa mencoba memperbaiki, dan selalu merindukan perempuan bermata coklat yang tinggal di apartemen seberang restoran tempatnya bekerja. Segala kekacauan, baginya, hanya bisa lenyap ketika matanya, memandang mata coklat sang perempuan malam. Terhuyung-huyung, ia melompat dari jendela tempatnya termenung. Merasakan dirinya terbang, menembus jendela kamar di seberang jalan, membuang kerinduan yang seharusnya tak pernah ada.
Tetapi--sekali lagi--seperti biasanya, sejak berminggu-minggu yang lalu, kamar itu tetap remang tiap dini hari. Selalu bau sisa daging babi, pembangunan apartemen yang tidak pernah selesai, percakapan para pemulung, dan selalu ada rindu yang tidak pernah terselamatkan. Langit semakin cerah, bercak darah mengalir di sepanjang tembok bawah jendela.
Kamar seberang tiba-tiba menyalakan lampunya ketika orang-orang saling berteriak, “ada darah mengalir dari jendela di atas sana!”
“Bukan, itu bukan darah! Itu rindu milikku!” Seru lelaki itu menggebu-gebu.
Tetapi, tak seorang pun bisa mendengar suaranya.

Pacaran

Pacaran. Iya, topik pembahasan kali ini adalah tentang pacaran. Entah mengapa kali ini saya ingin membahas tentang hal ini. Loh? kalian kenapa? kenapa tidak jadi membaca? kenapa menjadi alergi gitu? jomblo yah? hahaha. Oke, kita lanjut ke topik pembahasan. Pacaran adalah kata yang tidak asing didengar oleh kita, terutama dikalangan remaja bahkan anak – anak. Banyak orang yang pasti pernah pacaran di dalam hidupnya (hayoo ngaku jangan bohong ya :P ). Sebelum kita lanjut, ada baiknya kita mengetahui apa sebenernya definisi pacaran itu. Definisi pacaran versi saya, pacaran adalah suatu status dimana dua lawan jenis (jenis disini maksudnya itu jenis kelamin bukan jenis seperti spesies diluar dari manusia ya) berada dalam suatu hubungan yang didalamnya terdapat suatu perasaan atau chemistry yang lebih antara keduanya.
Jadi, didalam pacaran itu dua orang tersebut memiliki rasa sayang yang lebih dibanding ke orang  yang lainnya dan adanya rasa ingin saling memiliki satu sama lain. Pacaran itu bersifat dinamis. Ya, bersifat dinamis maksudnya berkembang sesuai zaman. Mengapa dapat dikatakan dinamis? Karena kita dapat melihat perbedaan gaya pacaran antara pacaran zaman sekarang versus zaman dahulu (dimaksudkan minimal zaman sekitar tahun 90’an bukan zaman  nenek moyang kita). Nah, jadi topik pembahasan kali ini yaitu perbedaan gaya pacaran antar zaman. Namun, saya hanya akan memfokuskan untuk membahas tentang pacaran di zaman sekarang ini.
Zaman sekarang, orang pacaran sudah semakin aneh dan semakin bebas. Banyak hal yang dilakukan orang pacaran yang dapat kita katakan sebagai fenomena yang aneh. Banyak diantara mereka yang melakukan segala cara untuk menunjukkan bahwa mereka itu berpacaran dan banyak yang menganggap bahwa pacaran itu keren. Jadi artinya, jika kita jomblo itu kita nggak keren alias biasa dibilang ‘JONES’ yaitu jomblo ngenes. Oke, sekarang saya akan menyebutkan dan membahas gaya pacaran anak zaman sekarang yang dikatakan keren itu, yaitu:
1.       Membuat nama panggilan
Banyak pasangan yang membuat nama panggilan untuk pasangannya masing – masing dengan nama yang bisa dikatakan antara kreatif atau memprihatinkan. Contohnya yaitu sayang yang biasa disingkat menjadi ‘yang’ atau kalau tulisannya di gayain menjadi ‘yank’ yang sebenernya memiliki arti yang ambigu antara artinya sayang atau peyang hehehe. Ada juga yang membuat nama panggilan sesuai dengan fisik pasangannya, seperti jika pasangannya itu gendut berarti panggilannya gendut atau disingkat menjadi  ‘nduutt’, jika hidungnya pesek dipanggil pesek, dan jika peyang dipanggil ‘yang’ hehehe. Dan bahkan ada yang lebih memprihatinkan menurut saya, mereka belum menjadi pasangan suami istri tetapi nama panggilannya sudah seperti pasangan suami istri, contohnya yaitu papah mamah, ayah bunda, umi abi dan lain –lain yang seharusnya belum pantas menjadi nama panggilan mereka yang jelas – jelas bukan pasangan suami istri. Coba kalian bayangkan, mereka baru berpacaran saja panggilannya sudah papah mamah, nanti kalau sudah menikah akan memanggil apa? Kakek nenek gitu? Terus kalau sudah menjadi kakek nenek panggilannya bakalan seperti apa? Almarhum dan almarhumah gitu? Sangat membingungkan dan memprihatinkan bukan?.

2.       Membuat baju pasangan
Siapa yang tidak tahu baju pasangan atau biasa disebut baju couple? Iya, baju jenis ini biasa dipakai oleh orang – orang yang notabenenya mempunyai pasangan (iyalah, kalau single gimana memakainya? Dua –duanya dipakai gitu?) dan senang memerkan bahwa dia memiliki pasangan. Biasanya baju pasangan yang dipakai yaitu berupa gambar atau tulisan yang menjelaskan bahwa mereka itu merupakan pasangan dan tidak dapat di ganggu gugat (macam dipengadilan aja hehe). Tetapi menurut saya, baju pasangan ini malah akan membuat pasangan tersebut menjadi berantem atau selah paham. Hmm, kita ambil contoh jika pasangan tersebut memakai baju ‘couple’ yang ada tulisannya seperti baju yang dipakai oleh wanitanya bertuliskan he’s my boyfriend tanda panah ke kiri dan yang pria memakai baju yang bertuliskan she’s my girlfriend tanda panah ke kanan, bayangkan jika mereka bertukar posisi? Mereka berarti tidak saling mengakui satu sama lain bukan? Karena panah dibaju mereka mengarah ke orang lain. Jadi kesimpulannya akan menyebabkan kesalahpahaman bukan?. Menurut saya wajar jika kita ingin memakai baju pasangan dengan pasangan kita tetapi pilihlah dengan bijak yah. Seperti gambar yang sama, atau bisa juga pakai couple jersey kan lebih bagus dilihatnya.

3.       Membuat tattoo nama pasangan
Tidak sedikit pasangan yang memasang tattoo di tubuh mereka untuk mengekspresikan diri dan rasa cinta mereka terhadap pasangannya, dimulai dari tattoo yang sederhana dan normal hingga tattoo yang bisa dibilang aneh dan ekstrim. Iya, banyak pasangan yang membuat tattoo dengan cara mengukir nama pasangan ditubuhnya dengan menggunaka pisau atau benda tajam lainnya dengan darah sebagai pewarnanya (iiiihhh serem euy). Bisa kalian bayangkan bagaimana beresikonya pembuatan tattoo dengan cara tersebut? Itu sangat berbahaya menurut saya. Kalau kalian tidak percaya, silahkan tanyakan ke dokter gigi, ehh maksudnya dokter spesialis kulit.

4.       Seks bebas
Nah, ini yang paling serem dan ekstrim maksimal. Free sex atau bahasa indonesianya seks bebas, merupakan gaya pacaran yang paling ngetrend dikalangan muda – mudi yang sedang dimabuk cinta (untung mabuk cinta, dari pada mabuk janda) di zaman sekarang ini. Pokoknya bagi mereka kalau tidak bermaksiat dalam berhubungan itu nggak seru atau bahasa arabnya itu afdhol dan menjadi suatu keharusan yang harus diharuskan. Awalnya maksiat mereka hanya berpegangan tangan, kemudian lama – lama berpelukan, cium – ciuman, saling meraba dan akhirnya  itu maksiatnya berada pada tahapan terakhir yaitu berhubungan suami istri. Jika pasangannya diajak untuk melakukan itu tetapi tidak mau, maka akan dianggap tidak sayang atau tidak ingin bersamanya. Maka, banyak pasangan yang melakakuannya dengan mengatas namakan cinta, dan akhirnya hanya penyesalan yang hadir dengan abadi.

Mungkin hanya segini yang dapat saya sampaikan dari pemikiran saya. Menurut saya jika kita masih berada dijenjang sekolah ataupun kuliah lebih baik kita fokus terhadap cita – cita kita terlebih dahulu dan bahagiakanlah kedua orang tua kita yang selama ini membesarkan, mencintai, membiayai dan menyayangi kita dengan segenap jiwa raga meraka tanpa kenal lelah. Janganlah pernah berfikir jika belum miliki pasangan maka akan diledekin tidak gaul atau tidak laku, karena sesungguhnya mereka yang menghinamu lah adalah orang – orang yang iri terhadapmu yang fokus terhadapa masa depanmu dan memiliki masa depan yang cerah. Jika sudah waktunya pasti kalian akan dikirimkan oleh Allah SWT pasangan yang terbaik untuk kalian. Karena wanita yang baik untuk pria yang baik,begitu juga sebaliknya. Dan jika pasangan kita mencintai kita, maka dia tidak akan mungkin ingin menghancurkan masa depan kita, karena dia yakin masa depan dialah bersama kita.

Kasih Tak Bertuan

Sekian lama kunanti-nanti
Hari berganti musim pun pergi
Menapaki titian nan sunyi
‘Tuk mencari kekasih yang diimpi-impi

Jikalau kini sudah ku dapati
Kekasih manis dambaan hati
Pastilah sepi mulai berganti
Menjadi cinta yang bersemi

Tetapi apa? Apa yang sebenarnya terjadi?
Hatiku hampa tak berpenghuni
Makin berdebu dan semakin sunyi
Apakah ini yang ku nanti?


Percuma saja punya cinta
Sedangkan saja tak’da tuannya
Jiwa tersiksa asa pun hampa
Biarkan semua menyesakkan dada

Kisah Tak Berujung

Untuk dirimu, untuk diriku
Apa yang bisa kulakukan?

Dituntun oleh sesuatu yang tidak terlihat
Kita pasti akan berjumpa lagi
Itu adalah sebuah janji melintasi waktu
Kita bisa meihat perasaan kita dengan jelas
Karna kita tak pernah merubah senyuman

Ini adalah kisah tak berujung
Memilih kita sebagai peran utama
Tak terhitung jumlah pertemuan dan perpisahan
Akan menjadi cahaya penuntun bagi kita

Kita kebingungan oleh taka teki yang belum terpecahkan
Bahkan dalam mimpi kita
Karna kamu disini, aku bisa menjadi lebih kuat
Bahkan jika kita terpisah suatu saat nanti
Aku akan baik baik saja
Selama kita tak pernah merubah senyuman